20 December 2008

AIRMATA RASULULLAH SAW

Mungkin banyak yg sudah pernah mengetahui kisah ini..tapi setiap kali mengingat dan membaca..serasa air mata ini selalu menetes..

Ya Allah pertemukanlah kami dan keluarga kami di surga Firdaus..surga para nabi dan rasul..dan semoga bisa memeluk dan mencium Rasulullah Muhammad saw..amiin..


AIRMATA RASULULLAH SAW

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar
seorang yang berseru
mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah
tidak
mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah
yang
membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka
mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah
ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah
lembut.

Lalu, Rasulullah menatap
puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah
yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata
Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri,
tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit
dunia menyambut ruh kekasih Allah
dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hak ku nanti di hadapan
Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit
telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.


Tapi
itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril
lagi.
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan
khawatir,

wahai
Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:
"Kuharamkan
syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di
dalamnya,"kata Jibril.

Detik-detik
semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

"Jibril,
betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di
sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan
wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.

"Ya
Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku,
jangan pada umatku.

"Badan Rasulullah mulai dingiin, kaki dan dadanya sudah
tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali
segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku -
peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Di luar
pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii" -

"Umatku,
umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.


Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim'alaihi

Betapa cintanya Rasulullah kepada
kita.

Tidak usah gelisah apabila dibenci
manusia karena masih banyak yang menyayangi mu
di dunia ini, tapi gelisahlah
apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu diakhirat.

Wassalamualaikum
WarohmatuLLahi Wabarokatuh...

No comments:

Post a Comment