28 December 2008

Mari Tingkatkan

Tatkala azan subuh berkumandang memecah kesunyian malam seraya membangunkan kita. Pada saat itu ada yang merasa senanng terbangunkan, ada yang biasa-biasa saja, namun tidak sedikit yang merasa terganggu dan bahkan ada yang sampai membenci, padahal dia seorang muslim.
Sekarang posisi kita tergolong yang bagaimana jika mendengar azan subuh berkumandang. Tergolong yang merasa bahagia untuk kemudian bergegas kemasjid, atau yang biasa-biasa saja kemudian kembali tidur karena biasa shalat dirumah jam 5 atau jam 5.30. atau yang merasa terganggu karena memang tak pernah atau jarang shalat subuh. Atau yang terakhir yang membenci dikarenakan begitu jauhnya dengan ajaran agama, namun tetap memeluk muslim!!
Terlepas dimanapun posisi kita berada, mari kita tingkatkan penyikapan kita terhadap panggilan azan subuh. Jika sampai membenci, tingkatkan sekedar terganggu, jika merasa terganggu tingkatkan menjadi biasa saja, jika biasa saja tingkatkan segera bergegas ke masjid, dan jika bergegas ke masjid setelah azan, tingkatkan menjadi sudah berada di masjid sebelum azan berkumandang. Peningkatan itu berlaku bagi shalat-shalat lainnya serta hah-hal lain, seperti baca al-quran, berinfaq, belajar, bekerja, dan lain-lain. Semoga bermanfaat.

27 December 2008

Harta Adalah Titipan

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka itulah orang-orang yang rugi”. (Qs. Al-Munafiqun [63]: 9)

Tidak dapat kita bantah bahwa harta merupakan salah satu pangkal kehidupan, dasar asasi bagi segala rupa pekejaan dan penegak keutuhan rumah tangga. Didalam cara mencarinya hendaklah tetap berpegang pada prinsif kebenaran agar kita tidak jatuh pada kesesatan, hati dan aqidah tetap terbentengi dengan kebaikan. Sadarilah, harta benda, kedudukan dan kesempatan yang kita miliki adalah amanat Allah yang wajib kita pelihara dan kita tunaikan dengan baik. Muhammad Mahdi al-Naraqi dalam “Jami’us Sa’adah” beliau menulis; Penyakit dunia yang paling parah yang berkaitan dengan potensi syahwat adalah harta. Karena itu orang yang rakus membutuhkan harta dan tidak merasa puas . sehingga ketika ia menjadi tingkat kefakiran dan mencapai tingkat pelampauan batas yang akibatnya merugikan. Ia tidak dapat memisahkan antara faedah dan penyakit. Bahkan ia tidak mampu membedakan antara kebaikan dan keburukannya, sehingga ketika kehilangan hartanya ia menduduk sifat kefakiran dan ketika mendapatkannya ia menduduki sifat kaya. Dengan dua keadaan ini ia mendapat ujian. Al-Qur’an dan Sunnah menjelaskan tentang tercelanya harta serta kehinaaan mencintainya secara berlebihan. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka itulah orang-orang yang rugi”. (Qs. Al-Munafiqun [53]: 9) . Dalam ayat yang lain Allah mengingatkan; “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar”. (al-Anfal [8]: 28).

Tepat apa yang dikatakan oleh seorang bijak, harta itu seperti ular yang didalamnya ada racun penawar. Yang berbahaya adalah racunnya dan yang befaedah adalah penawarnya. Barang siapa yang mengetahui keduanya akan dapat menyelamatkan diri dari keburukannya dan dapat mengambil manfaat serta kebaikannya. Manusia baik secara pribadi, keluarga ataupun masyarakat. Betapapun dapat meraih apa yang diinginkannya, tetapi ketika cara mendapatkannya tidak sesuai dengan apa yang Allah syariatkan, maka pasti akan mengalami kehancuran. Jiwa tidak merasa terpuaskan, hidup selalu dihantui rasa takut yang menggelisahkan. Itulah orang-orang yang menjadikan harta dunia sebagai Tuhan. Allah menegaskan dalam firman-Nya; “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakan tutupan atas penglihatannya?. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran”. (Qs. Al-Jatsiah [45]: 23).

Ketahuilah sahabat, bila kita secara individu maupun masyarakat terlalu berlebihan memberikan prioritas pada urusan materi (harta), tidak mungkin cenderung kepada moralitas yang menuntut ketaatan sepenuhnya pada hukum-hukum kehidupan yang telah digariskan. Orang yang mengesampingkan segala urusan selain uang dan uang dalam perjuangan hari-harinya, tidak dapat berpegang pada etika keadilan dan kebenaran dan cenderung pada kesalahan. Catatlah dalam hati, Bahwa cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan. Buah dari kecintaan yang berlebihan terhadap harta (dunia) akan membawa pelakunya pada beberapa keadaan. Di antaranya adalah:


· Mencintainya akan mengakibatkan mengagungkannya.

· Mencintainya akan menyibukan kehidupannya, hingga lalai terhadap kewajibannya.

· Pecinta dunia akan mendapat azab yang berat dan disiksa di tiga negeri, yaitu; di alam dunia ia di azab dengan kerja keras untuk mendapatkannya. Di alam barzakh ia di azab dengan perpisahan dari apa yang dicintainya, dan di alam akhirat ia akan diazab untuk mempertanggungjawabkan tentang dunia yang dimilikinya




Hanya kepada Allah sajalah kita mohonkan perlindungan. Dialah yang tidak ada kekuasaan melebihi kekuasaan-Nya. Tidak ada yang mampu menghancurkan apa yang telah dibangun-Nya. Tidak ada sesuatupun yang mampu memberi petunjuk bagi siapa yang telah disesatkan-Nya. kepada-Nyalah kembali segala apa yang diciptakan.

Ya Allah pemilik seruan yang sempurna, peneguh hati yang kerap terlena. Jangan Engkau biarkan hati kami terlena oleh rayuan dunia yang fana. Mudahkan diri ini untuk selalu mensyukuri setiap kenikmatan yang kami terima. Hindarkan diri kami ya Rabb..dari orang-orang yang selalu bebuat durjana. Kuatkan diri kami untuk selalu melakukan perbuatan yang mulia. Janganlah Engkau campakan kami menjadi hamba-hamba yang terhina

20 December 2008

AIRMATA RASULULLAH SAW

Mungkin banyak yg sudah pernah mengetahui kisah ini..tapi setiap kali mengingat dan membaca..serasa air mata ini selalu menetes..

Ya Allah pertemukanlah kami dan keluarga kami di surga Firdaus..surga para nabi dan rasul..dan semoga bisa memeluk dan mencium Rasulullah Muhammad saw..amiin..


AIRMATA RASULULLAH SAW

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar
seorang yang berseru
mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah
tidak
mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah
yang
membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka
mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah
ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah
lembut.

Lalu, Rasulullah menatap
puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah
yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata
Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri,
tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit
dunia menyambut ruh kekasih Allah
dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hak ku nanti di hadapan
Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit
telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.


Tapi
itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril
lagi.
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan
khawatir,

wahai
Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:
"Kuharamkan
syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di
dalamnya,"kata Jibril.

Detik-detik
semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

"Jibril,
betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di
sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan
wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.

"Ya
Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku,
jangan pada umatku.

"Badan Rasulullah mulai dingiin, kaki dan dadanya sudah
tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali
segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku -
peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Di luar
pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii" -

"Umatku,
umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.


Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim'alaihi

Betapa cintanya Rasulullah kepada
kita.

Tidak usah gelisah apabila dibenci
manusia karena masih banyak yang menyayangi mu
di dunia ini, tapi gelisahlah
apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu diakhirat.

Wassalamualaikum
WarohmatuLLahi Wabarokatuh...

13 December 2008

Tunjukkan Jalanmu

"Tunjukilah kami ke jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang di murkai
dan buka pula jalan mereka yang sesat"
Qs. Al-Fatihah [1]: 6 -7


Sering dalam sholat kita, sebuah ungkapan kerap terlontar. Sebait doa yang diabadikan Allah dalam surat al-Fatihah��Ihdinas syirotol Mustaqim .."tunjukilah kami kejalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka". Jika saja kita mau merenungkan kalimat ini, kita akan dapatkan, betapa diri kita memang penuh dengan kelemahan.

Dan karena kelemahan itulah, kita selalu berharap agar Allah selalu meluruskan jalan kita. kita memerlukan hidayah (petunjuk) pada setiap kesempatan, baik malam maupun siang. Sebab hati kita berada diantara dua jari di antara jari-jari Allah, dan Ia membolak-balikannya sebagai mana yang Ia kehebndaki. Dan setiap manusia tidak mengetahui tentang dirinya, apakah akan tetap sebagai seorang muslim atau tidak, karena itulah kita selalu memohom petunjuk. Begitulah Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya.

Sesungguhnya, kalaulah kita mau mentadabburi banyak hal tentang kehidupan ini. Akan kita dapatkan, betapa Allah telah menyediakan beragam fasilitas untuk memudahkan jalan hidup menuju kebenaran. Dan jalan itu telah dibentangkan oleh Allah. Jalan itu adalah Islam, kitabullah, Tauladan Rasulullah dan para sahabatnya. Itulah makna dari kalimat yang selalu kita baca. Ihdinasy syirotol mustaqim..".

Persoalannya adalah, entah sudah berapakali ungkapan ini berulang, tetapi kita tak jua menemukan jalan. Kenapa ?. Karena kita hanya pintar mengungkap pinta, tetapi tidak mampu menangkap makna. Karena kita hanya pintar berkata, tetapi tidak pernah mencoba mengamalkan dalam fakta. Karena kita hanya berdusta, dalam meraih seikat cinta.

Sahabat, Telah terbentang hamparan kekuasaan yang dipelihatkan Allah kepada kita. tidak terhitung jumlah nikmat yang tersalurkan lewat kehidupan kita, namun semua itu bukan menghadirkan kesadaran tetapi justru melahirkan keangkuhan. Sadarilah, baik dan buruk tindakan kita, kelak akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Kenalilah diri kita, dari mana, untuk apa dan mau kemana kita hidup, pemahaman seperti ini akan memudahkan kita untuk menemukan jalan yang lurus, jalan yang di kehendaki Allah. Dan kita tidak akan tertipu oleh jalan syaitan yang selalu membisikan kedalam hati kita. Dan yang lebih penting lagi adalah kesadaran ini akan menjadi benteng keimanan yang kuat, sehingga kita mampu mengendalikan nafsu kerah yang baik.

Ibnul Qayyim memberi nasehat; nafsu itu tak ubahnya seperti kuda tunggangan yang akan membawa orang yang mengendalikannya ke\sorga atau keneraka. Bila nafsu manusia di arahkan untuk mengikuti kenikmatan syahwat yang semu serta mengarungi lautan keinginan yang di haramkan Allah, niscaya nafsu akan membawanya kejurang neraka. Tetapi jika dijaga dan dikendalikan dengan kesabaran, kama nafsu akan membawa penunggangnya ke surga. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang mampu mengendalikan nafsu, bukan yang di kendalikan nafsu. Insya Allah.

Allahumma, Ya Allah, adalah taufiq-Mu jua yang dapat menghantarkan kami menuju ampunan-Mu. Sinarilah langkah kami dengan kebenaran firman-Mu, teguhkan jiwa kami untuk selalu mentauladani sunnah Rasul-Mu. Jadikan dunia ini sebagai tempat segala kebaikan bukan tempat untuk menambah keburukan. Engkaulah maha pemberi ampunan.

Ya Allah Tunjukilah kepada kami kebenaran sebagai kebenaran, dan berikakanlah kepada kami kekuatan untuk dapat mengikutinya. Dan tunjukanlah kepada kami kebatilan sebagai kebatilah dan berilah kekuatan kepada kami untuk dapat menjauhinya.

11 December 2008

Arti Sahabat

Ini aku dapat dari kiriman temanku. Aku rasa cukup bagus jadi aku publikasikan agar semua bisa membacanya.

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan
dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan
mempunyai nilai yang indah.

Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi
persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan
bertumbuh bersama karenanya…

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi
membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkanbesi,
demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan
diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti,
diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak,
namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan
dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan
untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya
ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman,
tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan
dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha
pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita
membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi
mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih
dari orang lain, tetapi justru ia beriinisiatif memberikan
dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya,
karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati,
namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.
Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun
ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Beberapa hal seringkali menjadi penghancur
persahabatan antara lain :
1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)
2. Ketidakterbukaan
3. Kehilangan kepercayaan
4. Perubahan perasaan antar lawan jenis
5. Ketidaksetiaan.
Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan
oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.

Renungkan :
**Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang
mementingkan diri sendiri
"Dalam masa kejayaan, teman2 mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita
mengenal teman2 kita."**

10 December 2008

Hari ini..

Hari yang melelahkan..dari pagi hingga sore aku tak bisa santai untuk sekedar mengendorkan otot ototku yang menegang akibat aktifitasku yang banyak menguras tenaga. Mau santai sebentar saja tak bisa, tatapan kedua mata big boss yang begitu berwibawa dan menakutkan buat bawahan sepertiku. Entah mengapa seharian dia selalu mengawasi kegiatan anak buahnya. Mungkin karena tuntutan customer yang meminta barangnya berkualitas terbaik. Mungkin juga karena saat ini kita mengalami krisis global sehingga harus di tuntut untuk memproduksi barang banyak, berkualitas baik, dan mengurangi barang yang jelek. Yah..semua itu menjadi syarat mutlak dalam persaingan bisnis. Tapi buat ku yang penting bisa bekerja halal, tidak menyusahkan orang lain.. "bekerjalah untuk duniamu seakan akan kamu hidup seribu tahun lagi, beribadahlah untuk akhiratmu seakan akan kau akan mati besok".

Rinduku Padamu

aku sampai sunyi

menemukan sufi, lantaran gelap pengembaraan

menjelma tasbih yang menawarkan cahaya

dari titik embun dari purnama hingga matahari dan galaksi

sepanjang malam hanyut bersamaku, membentang suluk

di atas sungai nurani, melayarkan riak-riak sinar

dari doa-doa yang terapung di selaput mata

minta dipahat sebagai perahu dalam tiap sujudku

untuk berlayar dan berlabuh karena lautmu

Sujud ku padamu

*Lama.., aku bersimpuh di hadapan-Mu.. Begitu khusyu
Tak tahan jua air mataku mengalir tanda penyesalanku
Kini aku sadari begitu banyak dosa mematri
Akankah hamba layak dipuji
Sedangkan diri kecil tak berarti*

*Besar rahmat-Mu penuh dengan ampunan…
Namun kumalu karena hati telah lalai
Kekal azab-Mu penguasa seluruh alam
Tersujud aku memohon keridhoan*

*Allah… Ya Allah…
Kau Pengasih, Kau penyayang
Allah…. Ya Allah
Kau Pelindung, Kau pengampun*
*Pada-Mu ya Allah kami serahkan
Segala ujian, karunia-Mu
Kuatkanlah iman dan kesabaran
Berikan ampunan dalam hidupku Ya Allah….*

08 December 2008

Susu Asal AS Mengandung Melamin


Tahukah anda? Kasus tsb adalah bagian dari Proyek Depopulasi?
JAKARTA, Informasi yang menyebar mengenai terdeteksinya kontaminasi terhadap beberapa merek susu formula di Amerika Serikat mengundang kekhawatiran dan kebingungan dari kelompok konsumen dan Jaksa Wilayah Illinois meminta agar pihak Food and Drug Administration (FDA) menarik produk tersebut.

Kini semakin banyak orangtua yang meminta informasi kepada produsen susu mengenai kemungkinan kandungan melamine dalam susu produksi AS tersebut. Sementara itu, FDA menyatakan makanan bayi tersebut aman dan orangtua dapat meneruskan memberikannya kepada bayi mereka. Kandungan melamin yang terkandung sangat rendah dan tidak membahayakan kesehatan.

Salah satu produsen susu tersebut mengkritisi FDA tentang penyebarluasan informasi yang tidak akurat tersebut.

"Kami memperoleh telepon dari banyak ibu yang bingung terhadap situasi saat ini, ujar juru bicara Mead Johnson, Pete Paradossi.


bagaimana mungkin 2 jenis bubuk yg berbeda Melamine vs susu bubuk tsb diatas, bisa tercampur?


HATI-HATI: Bagi para ibu yang menggunakan produk susu asal Amerika Serikat sebaiknya semakin berhati-hati menyusul ditemukan kandungan melamine didalamnya
Mead Johnson adalah salah satu dari tiga produsen susu asal AS yang produknya diduga mengandung melamin.


Melamin sebelumnya ditemukan pada susu formula di China dengan kandungan yang lebih tinggi, yang memakan korban sekurangnya tiga bayi meninggal dan 50.000 bayi mengalami gagal ginjal.
Kandungan melamin dengan level sangat rendah itu terdeteksi pada tiga sampel susu produksi Abbott Laboratories, Nestle dan Mead Johnson. Ketiga perusahaan besar itu memproduksi lebih dari 90% dari semua susu bayi yang diproduksi di AS.

Menurut FDA, kontaminasi melamin pada susu formula buatan AS itu terjadi saat proses produksi, bukannya disengaja seperti yang terjadi di China.

"Kandungan yagn kami deteksi sangat rendah. Mereka tidak seharusnya mengganti asupan tersebut. Jika mereka sudah terbiasa dengan produk tertentu, teruskan sebagai langkah terbaik untuk bayi," Direktur Pusat FDA untuk keamanan makanan dan nutrisi, Dr. Stephen Sundlof.

Pemerintah AS diam-diam mulai melakukan pengujian susu formula produksi domestik pada September lalu, tak lama setelah skandal susu melamin mencuat di China.

Menurut FDA, sejauh ini tak ada laporan adanya orang yang sakit di AS akibat melamin, zat kimia industri yang digunakan untuk memproduksi plastik dan pupuk.

Pada keterangan yang diberikan juru bicara FDA, Judy Leon pada hari Rabu (25/11), Neste Good Start Supreme Infant Formula With Iron positif mengandung melamine pada satu sampel.

Mead Johnson Infat Formula Powder, Enfamil LIPIL with Iron terbukti positif ketika dicek untuk kandungan cyanuric acid.

Secara terpisah, Abbot Laboratories yang produknya termasuk Similac mengatakan kepada AP, tes yang dilakukan oleh pihaknya mendeteksi kandungan melamin yang rendah dari produknya. bahkan lebih rendah dari produk lain yang ditemukan FDA juga lebih rendah dari standar keamanan negara manapun.
Sumber: Swaramuslim.net

27 November 2008

Secangkir kopi

Purworejo berirama, itulah sebutan tanah kelahiranku. Suasana pedesaan yang begitu indah, udara yang sejuk..mengingatkan ku pada masa masa dulu tinggal di desa itu. Lumayan cukup lama aku tak pulang ke kampung halamanku dikarenkan kesibukanku di perantauan. Ingin rasanya pulang..menghirup udara segar tanpa polusi seperti di sini. Bertemu dengan sahabat kecilku, saudara dan alunan binatang malam yang selalu menemani tidurku.
Aku pun mengajukan cuti 2 hari untuk pulang ke kampungku. Rabu sore, sepulang dari tempatku bekerja aku merapihkan pakaianku. Setelah salat isya aku berangkat menuju stasiun kereta,lalu ku beli sebuah tiket dengan jurusan purworejo. Menunggu lagi, dikabarkan kereta yang akan aku tumpangi mengalami keterlambatan. Rasa jenuh, bosan, itulah yg ku alami sambil duduk di peron stasiun. Setelah sekian lama,akhirnya datang juga sebuah ular besi bermata satu itu. Aku pun bersiap siap. Setelah berhenti, aku pun masuk ke gerbong no 3. Dan ku cari tempat duduk ku sesuai tiket yang aku beli. Didalam kereta kulihat banyak para pedagang yang berjualan. Mereka mencari nafkah untuk keluarganya tanpa mengenal lelah. Disaat semua orang menikmati kehangatan bersama keluarga di rumah, dia berjuang melawan dinginnya malam untuk mencari sesuap nasi. Tak jarang juga ku lihat para pengemis yang meminta minta. Dimana indonesia yang katanya ramah,gemah ripah loh jenawi..semua hanya sebatas dongeng para orang tua dikala menidurkan anaknya.
Tak terasa 9 jam telah berlalu, keretaku semakin mendekati kota kelahiranku, tinggal beberapa menit lagi aku sampai di stasiun kutoarjo. Kupandangi sawah..yang menghijau dari dalam kereta. Mentari pun sudah menampakkan dirinya dari sebelah timur. Tak terasa kereta pun berhenti di stasiun tujuanku, ku raih ransel ku yang kuletakkan di bagasi atas. Ku berjalan turun dari kereta dan mencari mushola..aku belum solat subuh, akhirnya di sebelah kanan paling ujung stasiun terlihat juga apa yang kucari..lalu ku hampiri mushola itu, ku ambil wudhu dan mengerjakan solat subuh. Selesai solat aku pun meninggalkan stasiun itu dan mencari angkutan umum menuju desaku. Tak lama kemudian datang sebuah angkutan berwarna merah. Aku pun segera menyetopnya dan naik ke angkutan itu. Hanya 15 menit aku sudah sampai di pertigaan desaku. Aku pun turun di situ di lanjutkan dengan berjalan kaki. Kulihat kanan kiri masih seperti dulu sawah yang membentang luas tiada batas. Air sungai yang masih jernih tempat dulu aku berenang mengisi waktu sepulang sekolah bersama sahabatku. Entah bagaimana keadaan dia setelah selama ini tak bertemu. Kulanjutkan perjalananku hingga ku lihat rumah sederhana berdinding bambu yang di anyam,dan sebuah sumur di sebelah kirinya. Ku berjalan mendekat ke rumah itu..masya allah rumah tempat tinggalku tidak ada perubahan sedikitpun hanya tampak kotor dan tak terawat karena hanya kakekku sendiri yang menempatinya,nenekku telah menghadap memenuhi panggilan illahi. Ibuku tinggal bersamaku karena ibuku hanya hidup seorang diri yang telah di uji kesabarannya menjalani hidup ini. Dari aku kecil hingga saat ini ibuku tak bisa melihat isi dunia ini..kedua penglihatannya telah di ambil oleh allah semenjak kecelakaan menimpa ibuku..ayahku suami ibuku juga telah dipanggil sang kholik..masya allah..betapa menderitanya ibuku..
Tok..tok..tok..! Ku ketuk pintu rumah itu..sambil ku ucapkan salam..tak lama kemudian pintu terbuka dan terlihat seorang kakek yang bertubuh renta karena di telan usia. Kakek..! Aku memanggilnya..ku jabat tangannya lalu ku cium tangan itu. "aku wawan kek.." itu adalah nama panggilanku dari kecil. Masya allah, mari wan masuk.kemana aja wan, sudah lama tak pulang, kakek kangen, kakek sekarang hanya sendiri..nenekmu telah pergi mendahului kakek. Kami bercerita panjang lebar, menceritakan kehidupan masing masing....
Bersambung....

24 November 2008

langkahku

beginilah kalau kerja menjadi buruh pabrik...
mau posting aja ga sempet...ga ada inspirasi buat posting. hari minggu kemarin aja masuk...hari yang seharusnya buat istirahat dan refresing, tapi ga papa yang penting masih bisa kerja, hidup harus dinikmati bukan di sesali. semua itu aku yakin ada hikmah terpendam yang tak mampu di tembus oleh pemikiran yang dangkal. mungkin ini adalah awal dari langkah langkahku yang tak tahu dimana finish nya. langkah menuju kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. innallaha maasyobirin...sabarr...hidup itu hanya sementara...akhirat itu kekal, hanya yang terbaik saja yang akan mendapatkan kenikmatan yang kekal beretemu dengan penciptanya..

20 November 2008

sabar

"Urusan orang mukmin itu sungguh mengagumkan, semua hal baik
baginya, dan itu hanya terjadi pada orang yang beriman. Jika
memperoleh kesenangan dia bersyukur dan itu baik baginya, dan jika
ditimpa kesusahan dia bersabar dan itu baik baginya." (HR Bukhari
dan Muslim)

Seorang ibu setengah baya yang masih terlihat cantik, kaya raya karena punya
banyak perusahaan , tokoh masyarakat yang sukses, punya suami dan anak-anak yang
mencintainya, dan segudang status "prestasi" dunia lainnya sedang terbaring di sebuah
rumah sakit kanker kelas satu. Dokter memvonis bahwa stadium sakit kankernya masih
dini alias stadium penyakitnya masih rendah dan masih punya harapan sembuh.
"Banyak-banyak berdoa dan bersabar semoga Allah swt. memberi kesembuhan pada
Ibu," begitu kata dokter spesialis kanker.

Walau sudah dijelaskan penyakitnya masih dini, namun si ibu itu merasa dirinya
tinggal "menghitung hari" alias menunggu pulang ke rahmatullah. Ia juga berpikir
dirinya sudah tak bernilai apa-apa lagi karena beberapa hari lagi kanker itu merenggut
nyawanya. Harta yang banyak yang selama ini dikumpulkan terasa sia-sia saja. Rasa
kesal, marah, tidak menerima takdir Allah swt., menyalah-nyalahkan para dokter, dan
lain-lain campur aduk menjadi satu. "Bagaimana mungkin aku harus cepat mati?
Padahal aku belum puas menikmati hidup! Aku belum siap mati!" gumam si ibu terusmenerus.
Selang beberapa hari, si ibu kini punya teman satu kamar, pasien kanker lainnya.
Ternyata ia gadis cilik kira-kira seusia anaknya yang masih SMP. Ia datang dengan
tubuh kurus dan wajah pucat, namun selalu murah senyum. Cara bicaranya selalu
lembut, dan ia selalu berjilbab rapi. "Oh, kasihan sekali anak ini, masih kecil sudah
kena kanker," pikir si ibu.

Lama-lama timbul keakraban di antara mereka. Mereka sering mengobrol.
Sebenarnya si ibu sering kesal karena gadis cilik ini banyak bicara masalah agama
Islam. Apalagi kalau sudah bicara tentang bersyukur, bersabar, optimis menghadapi
hidup ini, ridha Allah, dan lain-lain membuat si ibu semakin mendongkol. Tapi itu tak
berlangsung lama. Si ibu tak ngedumel sendirian lagi dan akhirnya menyukai setiap kata
yang keluar dari mulut gadis cilik. Yang paling senang bila ia diceritakan tentang
kondisi di luar rumah sakit bertingkat itu, karena kebetulan tempat tidur si gadis cilik
dekat dengan jendela. Si gadis cilik biasa menceritakan kondisi luar rumah sesudah ia
selesai tilawah Al-Qur`an beberapa halaman.
"Banyak anak kecil bermain di taman di bawah sana, pohon-pohon indah
menghijau, bunga-bunga berwarna-warni, burung-burung berkicau bersahut-sahutan,
dan di bawah sana tak banyak kendaraan yang lewat," si gadis cillik menceritakan
kepada si ibu itu setiap pagi.

Tiga hari kemudian, di pagi hari, si ibu menanyakan kepada suster ke mana si
gadis cilik itu. Apakah ia sudah sembuh, kemudian pulang? Suster dengan menarik
napas dalam-dalam menjawab bahwa si gadis cilik itu sudah meninggal, karena
penyakit kankernya parah sekali. Si ibu begitu sedih. Lalu ia kembali minta diceritakan
kondisi indah di luar rumah sakit, tapi kali ini kepada suster. Suster juga dengan
menarik napas dalam-dalam mengatakan bahwa sebenarnya di hadapan jendela tempat
tidur almarhumah si gadis cilik tidak ada pemandangan yang indah. Yang ada hanyalah
tembok kokoh bercat putih tanpa pemandangan sama sekali!
"Lantas, mengapa gadis itu bercerita kepada saya tentang lingkungan yang indah
di bawah sana?" tanya si ibu penasaran. "Oh, itu karena dia ingin menghibur Anda, dan
membuat Anda tidak putus asa menghadapi penyakit," jelas si suster,"dia juga titip
pesan ke saya, kalau dia minta maaf atas kesalahannya selama ini, dan pesannya juga
bahwa jangan berat hati untuk bersabar dan bersyukur kepada Allah

Sahabat sejati

Mungkin waktu kan terus berlalu, membawa buih2 pergi menjauh. Dan manusia hanyalah butir pasir berserak di hamparan jaman, yg mengikuti kemana angin takdir berhembus. Dan mungkin waktu melapukkan batu, mengubah besi menjadi karat, membuat dunia menjadi tidak yang seperti kita kira. Walau sungguh waktu berkuasa. Persahabatan tak kan pudar olehnya.

19 November 2008

Kebahagiaan itu ada di sekeliling kita

Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana.

"Sedang apa kau disini anak muda?" tanya seseorang. Rupanya ada seorang kakek tua.

"Apa yang kau risaukan..?"

Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemana kah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"

Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian. Di pandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara, "di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan. "Ya...tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu" sang Kakek mengulang kalimatnya lagi.

Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tak berapa lama, dijumpainya taman itu. Taman yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan disana. Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu.

Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana. Gerakannya semakin liar.

Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat.

Sampai akhirnya ada teriakan, "Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah." Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah, ada sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu.

"Begitukah caramu mengejar kebahagiaan?

Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?"

Sang Kakek menatap pemuda itu. "Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu."

"Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri."

Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya. ***

Mencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit, bagi mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini, menabrak sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya.

Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya.

Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisa di dapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam atau benda yang dapat disimpan.

Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.

Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan.

Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita. Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita.

Percayalah, kebahagiaan itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya

Buku Harianku

Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalam kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal. “Ibunya Raihana adalah teman karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu,” kata ibu.

“Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu,” ucap beliau dengan nada mengiba.

Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi di hatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.

Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya. Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun. Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali.

Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, “Cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli !” kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas Arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia.

Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan datang. Duduk di pelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah dengan empat group rebana. Lantunan shalawat Nabipun terasa menusuk-nusuk hati. Kulihat Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku meronta. Satu-satunya harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku pada ibuku yang kucintai. Rabbighfir li wa liwalidayya!

Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya. Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku.

***

Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang. Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing.

Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja. Aku merasa hidupku ada lah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia.

Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab, “tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga.”

Ada kekagetan yang kutangkap di wajah Raihana ketika kupanggil ‘mbak’, “Kenapa Mas memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa Mas sudah tidak mencintaiku,” tanyanya dengan guratan wajah yang sedih.

“Wallahu a’lam,” jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, “Kalau Mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri, kenapa Mas ucapkan akad nikah?”

“Kalau dalam tingkahku melayani Mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa Mas tidak bilang dan menegurnya, kenapa Mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan Mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku di dunia ini,” Raihana mengiba penuh pasrah.

Aku menangis menitikkan air mata, bukan karena Raihana tetapi karena kepatunganku. Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku, menyiapkan segalanya untukku.

***

Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai di rumah habis maghrib, bibirku pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi. Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman. Raihana memandangiku dengan khawatir.

“Mas tidak apa-apa,” tanyanya dengan perasaan kuatir. “Mas mandi dengan air panas saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih,” lanjutnya. Aku melepas semua pakaian yang basah. ”Mas airnya sudah siap,” kata Raihana. Aku tak bicara sepatah katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah berdiri di depan pintu membawa handuk. ”Mas aku buatkan wedang jahe.” Aku diam saja. Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak bisa kutahan.

Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. “Mas masuk angin. Biasanya kalau masuk angin diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?” tanya Raihana sambil menuntunku ke kamar. ”Mas jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu Mas”.

“Biasanya dikerokin,” jawabku lirih. “Kalau begitu kaos mas dilepas ya, biar Hana kerokin,” sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengeroki punggungku dengan sentuhan tangannya yang halus.

Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku semangkok bubur kacang hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat Raihana duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan khusyu. Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra.

Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam di istananya. “Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan denganmu,” kata Ratu Cleopatra. “Dia memintaku untuk mencarikannya seorang pangeran, aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu.” Aku mempersiapkan segalanya. Tepat pukul 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di kursi yang berhias berlian.

Aku melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba “Mas, bangun, sudah jam setengah empat, mas belum sholat Isya,” kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan perasaan kecewa. “Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum sholat Isya,” lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat malam.

Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin tidak suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah, bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya.

Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra.

***

“Mas, nanti sore ada acara aqiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang,” suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe.

Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. “Maaf..maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana,” lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja. “Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!,” panggilku dengan suara parau tercekak dalam tenggorokan.

“Ya Mas!” sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil ‘dinda’. Matanya sedikit berbinar. “Te..terima kasih Di..dinda, kita berangkat

bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah,” ucapku sambil menatap wajah Hana

dengan senyum yang kupaksakan.

Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar di bibirnya. “Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?” Hana begitu bahagia.

Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya belum pernah.

Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki diriku sendiri atas sikap dinginku selama ini. Tapi, setetes embun cinta yang kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu? Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku sendiri di dunia ini.

Acara pengajian dan aqiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. “Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga!” sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan bundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku menangis disebut pasangan ideal.

Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik di kampusnya dan hafal al-Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia.

Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana.

Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap Raihana yang begitu kuat menjaga kewibawaanku di mata keluarga. Pada ibuku dan semuanya tidak pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang suami yang dicintainya. Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing dengan sikapku.

Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. “Sudah satu tahun putra sulungku menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku ingin sekali menimang cucu,” kata ibuku. “Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang cucu, doakanlah kami. Bukankah begitu, Mas?” sahut Raihana sambil menyikut lenganku, aku tergagap dan mengangguk sekenanya.

Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku. Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana hamil. Ia semakin manis.

Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba. Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku bertanya, “Mana tanggung jawabmu!” Aku hanya diam dan mendesah sedih. “Entahlah, betapa sulit aku menemukan cinta,” gumamku.

Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam. Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan kesehatan. Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia ke rumahnya.

Karena rumah mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal di kontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, “Mas, untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh di bawah bantal, nomor pin-nya sama dengan tanggal pernikahan kita.”

Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari aku tidak bertemu dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya. Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.

Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan. Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas. Aku muntah-muntah, menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas di hati andaikan ada Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi tubuhku dengan selimut.

Malam itu aku benar-benar tersiksa dan menderita. Aku terbangun jam enam pagi. Badan sudah segar. Tapi ada penyesalan dalam hati, aku belum sholat Isya dan terlambat sholat subuh. Baru sedikit terasa, andaikan ada Raihana tentu aku ngak meninggalkan sholat Isya, dan tidak terlambat sholat subuh.

Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa Arab. Diantaranya tutornya adalah professor bahasa Arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang dengan beliau tentang Mesir.

Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang dosen bahasa Arab dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani. ”Apakah kamu sudah menikah?” kata Pak Qalyubi.


“Alhamdulillah, sudah,” jawabku.

“Dengan orang mana?”.

“Orang Jawa.”

“Pasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?”.

“Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al Quran”.

“Kau sangat beruntung, tidak sepertiku.”

“Kenapa dengan Bapak?” “Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang”.

“Bagaimana itu bisa terjadi?.”

“Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dan karena terpesona dengan kecantikanya saya menderita seperti ini. Ceritanya begini, saya seorang anak tunggal dari seorang yang kaya, saya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tua. Di sana saya bersama kakak kelas namanya Fadhil, orang Medan juga. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun pertama saya lulus dengan predikat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi pelajar dari Indonesia.

Demikian juga dengan tahun kedua. Karena prestasi saya, tuan rumah tempat saya tinggal menyukai saya. Saya dikenalkan dengan anak gadisnya yang bernama Yasmin. Dia tidak pakai jilbab. Pada pandangan pertama saya jatuh cinta, saya belum pernah melihat gadis secantik itu. Saya bersumpah tidak akan menikah dengan siapapun kecuali dia. Ternyata perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar oleh Fadhil. Fadhil membuat garis tegas, akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan dengan menikahinya. Saya memilih yang kedua.

Ketika saya menikahi Yasmin, banyak teman-teman yang memberi masukan begini, sama-sama menikah dengan gadis Mesir, kenapa tidak mencari mahasiswi Al-Azhar yang hafal al-Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih selamat dari pada dengan Yasmin yang awam pengetahuan agamanya. Tetapi saya tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya yang tinggi saya berhasil menikahi Yasmin.

Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis Mesir. Perabot rumah yang mewah, menginap di hotel berbintang. Begitu selesai S-1 saya kembali ke Medan, saya minta agar asset yang di Mesir dijual untuk modal di Indonesia. Kami langsung membeli rumah yang cukup mewah di kota Medan.

Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan baik, setiap tahunnya Yasmin mengajak ke Mesir menengok orang tuanya. Aku masih bisa memenuhi semua yang diinginkan Yasmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup semakin nambah, anak kami yang ketiga lahir, tetapi pemasukan tidak bertambah. Saya minta Yasmin untuk berhemat. Tidak setiap tahun tetapi tiga tahun sekali, Yasmin tidak bisa.

Aku mati-matian berbisnis, demi keinginan Yasmin dan anak-anak terpenuhi. Sawah terakhir milik Ayah saya jual untuk modal. Dalam diri saya mulai muncul penyesalan. Setiap kali saya melihat teman-teman alumni Mesir yang hidup dengan tenang dan damai dengan istrinya. Bisa mengamalkan ilmu dan bisa berdakwah dengan baik. Dicintai masyarakat. Saya tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Jika saya pengin rending, saya harus ke warung. Yasmin tidak mau tahu dengan masakan Indonesia.

Kau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya memanggil suaminya dengan namanya. Jika ada sedikit letupan, maka rumah seperti neraka. Puncak penderitaan saya dimulai setahun yang lalu. Usaha saya bangkrut, saya minta Yasmin untuk menjual perhiasannya, tetapi dia tidak mau. Dia malah membandingkan dirinya yang hidup serba kurang dengan sepupunya. Sepupunya mendapat suami orang Mesir.

Saya menyesal meletakkan kecantikan diatas segalanya. Saya telah diperbudak dengan kecantikannya. Mengetahui keadaan saya yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka menjual rumah dan tanah, yang akhirnya mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit. Batin saya menangis. Mereka berharap modal itu cukup untuk merintis bisnis saya yang bangkrut. Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin mulai berulah, dia mengajak ke Mesir. Waktu di Mesir itulah puncak tragedi yang menyakitkan. “Aku menyesal menikah dengan orang Indonesia, aku minta kau ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali dengan lelaki Mesir.”

Kata Yasmin yang bagaikan geledek menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita bahwa tadi di KBRI dia bertemu dengan temannya. Teman lamanya itu sudah jadi bisnisman, dan istrinya sudah meninggal.

Yasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan dengan perselingkuhan. Aku pukul dia karena tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu saya dilaporkan ke polisi. Yang menyakitkan adalah tak satupun keluarganya yang membelaku. Rupanya selama ini Yasmin sering mengirim surat yang berisi berita bohong.

Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu saya mendapat surat cerai dari Mesir sekaligus mendapat salinan surat nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya sangat sakit, ketika si sulung menggigau meminta ibunya pulang.”

Mendengar cerita Pak Qalyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa sudah dua bulan aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati. Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala di dindingnya. Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat pesannya. Dia ingin agar aku mencairkan tabungannya.

Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin membelikannya untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan di bawah bantal. Di bawah kasur itu kutemukan kertas merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku serong.

Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi, ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang selama ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya Allah, ia tetap setia memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya. Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku.

“Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh di hadapan-Mu. Lakal hamdu ya Rabb. Telah Kau muliakan hamba dengan al-Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu yang agung ini, niscaya hamba sudah terperosok ke dalam jurang kenistaan. Ya Rabbi, curahkan tambahan kesabaran dalam diri hamba,” tulis Raihana.

Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa, “Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh noda dan dosa kembali datang mengetuk pintu-Mu, melabuhkan derita jiwa ini ke hadirat-Mu. Ya Allah sudah tujuh bulan ini hamba-Mu ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa begitu tega suami hamba tak mempedulikanku dan menelantarkanku. Masih kurang apa rasa cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku padanya? Ya Allah, jika memang masih ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suamiku.

Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya. Cukup hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih tetap menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya. Ya Allah, Engkau maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya karena-Mu. Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan teguran-Mu. Ya Allah dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau.”

Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku meledak. Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tangannya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angin sejuk yang turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat di mata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya. Segera kukejar waktu untuk membagi cintaku dengan Raihana.

Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap air mataku. Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan menangis tersedu- sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis.

“Mana Raihana Bu?”. Ibu mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa

sebenarnya yang telah terjadi.

“Raihana…, istrimu….istrimu dan anakmu yang di kandungnya”.

“Ada apa dengan dia?”

“Dia telah tiada.”

“Ibu berkata apa!”

“Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal, dia berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama menyertaimu. Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta maaf telah dengan tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhionya”. Hatiku bergetar hebat. “Kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?”.


“Ketika Raihana di bawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk menjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami sangat sedih, jadi maafkanlah kami.”

Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku. Ketika aku ingin memuliakannya dia telah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira. Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru di kuburan pinggir desa. Di atas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana. Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku ingin Raihana hidup kembali. Dunia tiba-tiba gelap semua.

Waktu

Hari selalu berganti membuat anak anak menjadi dewasa. Membuat orang tua menjadi beruban. Memang waktu tak kan bisa kembali

10 November 2008

Aku

Aku...aku adalah sebuah pena yang melangkah menelusuri lembaran demi lembaran putih yang bergaris. Bersama langkahku..ku rangkai ribuan aksara mengungkapkan keagunganmu..kurindukan sapamu..bersama alunan ayat2 sucimu..

22 February 2008

Dirimu mampu

Di dalam kehidupan ini, manusia tidak luput dari beraneka ragam problematika, ada yang ringan dan ada juga yang berat. Dikatakan ringan apabila penyelesaiannya dalam waktu yang sangat singkat dan mudah. Sedangkan problematika yang berat adalah penyelesaiannya memerlukan waktu yang lama dan menguras tenaga serta pikiran.

Namun pada hakekatnya, Yang Maha Pencipta memberikan ujian kepada manusia dengan problematika tersebut. Sehingga apabila manusia mampu mengatasinya dengan baik dan benar berarti dialah manusia yang dapat menggunakan akal sehatnya.

Di akhir zaman ini banyak sekali manusia yang kurang bisa memanfaatkan dan menyadari terhadap fungsi akal sehat, sehingga tatkala menghadapi suatu masalah sering diakhiri dengan keputusan yang menyebabkan perpecahan bahkan kehancuran moral. Padahal setiap problematika hidup pasti ada solusinya, walaupun solusi itu dapat ditemukannya serta langsung ataupun tidak langsung.

Saat kita menghadaapi suatu permasalahan, adakalanya kita meminta masukan dari orang lain untuk mencari solusinya. Dan kita harus ber hati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam memutuskan suatu permasalahan. Hal tersebut sangat mungkin kita lakukan, seiring dengan pepatah mengatakan " Didalam ketergesa-gesaan ada bencana dan didalam kehati-hatian ada keselamatan".

19 February 2008

Remot komputer lewat bluetooth

1. linux-suse:~ # lsusb
2. linux-suse:~ # hciconfig
hci0: Type: USB
BD Address: 11:11:11:11:11:11 ACL MTU: 678:8 SCO MTU: 48:10
UP RUNNING PSCAN ISCAN
RX bytes:153 acl:0 sco:0 events:20 errors:0
TX bytes:330 acl:0 sco:0 commands:19 errors:0

3. linux-suse:~ # hciconfig hci0 up
4. linux-suse:~ # hcitool scan
Scanning ...
00:16:B8:DB:6B:AD Cah Porjo City
5. linux-suse:~ # /etc/init.d/bluetooth restart
Shutting down bluetooth ( dund pand opd hidd sdp hcid) done
Starting bluetooth: hcid sdpd hidd hid2hci opd rfcomm pand dund done

6. linux-suse:~ # hidd -connect00:16:B8:DB:6B:AD
7. linux-suse:~ #

16 February 2008

Blog awalku

hallo dunia....

Selalu menyenangkan memiliki media baru untuk berexpresi. Harapanku agar menjadi panduan meniti hari-hariku serta menyertai langkah-langkahku menyongsong indahnya dunia.

Selain menyenangkan juga membuatku berdebar-debar dalam memulai menulis postingan.
kadang memang susah jadi penulis

Terima kasih.