01 March 2009

Hitam Itu Datang Lagi

hitamku

Ketika gelap datang menghantuiku lagi, aku kembali tersungkur dalam jurang yang cukup dalam. Kedalaman tempat aku terjatuh mungkin sama, sehingga sakit yang aku rasakan tidak jauh berbeda. Lentera yang baru saja kudapatkan pijarnya sengaja ku padamkan agar tidak terlalu lama membuaiku, membuatku lupa diri dengan menghalalkan segala cara. Pijar itu kutiup dengan lembut seiring nyanyian merdu seorang gadis manis yang seolah mulai menampakkan maknanya. Mungkin Tuhan (kali ini) hanya sebentar 'meminjamkan' pijarnya. Tapi bagiku, itu luar biasa. Karena aku mampu untuk memaknainya. Meski sementara, pijar itu setidaknya sudah membantu untuk mampu melihat jalan di depanku yang ternyata masih cukup panjang, dan menuntun untuk kembali berjalan normal, menyambut impian-impian yang tak kunjung datang. Waktu yang sempat berkompromi memberiku peluang untuk masuk dalam celah nan indah yang tersembunyi diantara puing-puing kekecewaan. Namun kali ini waktu juga yang menyeretku keluar dan memaksaku untuk lebih sabar menunggunya sampai sudi untuk berkompromi kembali, menuntun masuk ke dalam celah yang lain, yang lebih indah, atau mengembalikanku pada celah-celah sebelumnya, yang (semoga) masih tetap bisa kurasa indahnya.

1 comment:

  1. wow...bagus banget cara ngungkapin apa yang dirasa, bakat jadi penulis atuh

    ReplyDelete