27 November 2008

Secangkir kopi

Purworejo berirama, itulah sebutan tanah kelahiranku. Suasana pedesaan yang begitu indah, udara yang sejuk..mengingatkan ku pada masa masa dulu tinggal di desa itu. Lumayan cukup lama aku tak pulang ke kampung halamanku dikarenkan kesibukanku di perantauan. Ingin rasanya pulang..menghirup udara segar tanpa polusi seperti di sini. Bertemu dengan sahabat kecilku, saudara dan alunan binatang malam yang selalu menemani tidurku.
Aku pun mengajukan cuti 2 hari untuk pulang ke kampungku. Rabu sore, sepulang dari tempatku bekerja aku merapihkan pakaianku. Setelah salat isya aku berangkat menuju stasiun kereta,lalu ku beli sebuah tiket dengan jurusan purworejo. Menunggu lagi, dikabarkan kereta yang akan aku tumpangi mengalami keterlambatan. Rasa jenuh, bosan, itulah yg ku alami sambil duduk di peron stasiun. Setelah sekian lama,akhirnya datang juga sebuah ular besi bermata satu itu. Aku pun bersiap siap. Setelah berhenti, aku pun masuk ke gerbong no 3. Dan ku cari tempat duduk ku sesuai tiket yang aku beli. Didalam kereta kulihat banyak para pedagang yang berjualan. Mereka mencari nafkah untuk keluarganya tanpa mengenal lelah. Disaat semua orang menikmati kehangatan bersama keluarga di rumah, dia berjuang melawan dinginnya malam untuk mencari sesuap nasi. Tak jarang juga ku lihat para pengemis yang meminta minta. Dimana indonesia yang katanya ramah,gemah ripah loh jenawi..semua hanya sebatas dongeng para orang tua dikala menidurkan anaknya.
Tak terasa 9 jam telah berlalu, keretaku semakin mendekati kota kelahiranku, tinggal beberapa menit lagi aku sampai di stasiun kutoarjo. Kupandangi sawah..yang menghijau dari dalam kereta. Mentari pun sudah menampakkan dirinya dari sebelah timur. Tak terasa kereta pun berhenti di stasiun tujuanku, ku raih ransel ku yang kuletakkan di bagasi atas. Ku berjalan turun dari kereta dan mencari mushola..aku belum solat subuh, akhirnya di sebelah kanan paling ujung stasiun terlihat juga apa yang kucari..lalu ku hampiri mushola itu, ku ambil wudhu dan mengerjakan solat subuh. Selesai solat aku pun meninggalkan stasiun itu dan mencari angkutan umum menuju desaku. Tak lama kemudian datang sebuah angkutan berwarna merah. Aku pun segera menyetopnya dan naik ke angkutan itu. Hanya 15 menit aku sudah sampai di pertigaan desaku. Aku pun turun di situ di lanjutkan dengan berjalan kaki. Kulihat kanan kiri masih seperti dulu sawah yang membentang luas tiada batas. Air sungai yang masih jernih tempat dulu aku berenang mengisi waktu sepulang sekolah bersama sahabatku. Entah bagaimana keadaan dia setelah selama ini tak bertemu. Kulanjutkan perjalananku hingga ku lihat rumah sederhana berdinding bambu yang di anyam,dan sebuah sumur di sebelah kirinya. Ku berjalan mendekat ke rumah itu..masya allah rumah tempat tinggalku tidak ada perubahan sedikitpun hanya tampak kotor dan tak terawat karena hanya kakekku sendiri yang menempatinya,nenekku telah menghadap memenuhi panggilan illahi. Ibuku tinggal bersamaku karena ibuku hanya hidup seorang diri yang telah di uji kesabarannya menjalani hidup ini. Dari aku kecil hingga saat ini ibuku tak bisa melihat isi dunia ini..kedua penglihatannya telah di ambil oleh allah semenjak kecelakaan menimpa ibuku..ayahku suami ibuku juga telah dipanggil sang kholik..masya allah..betapa menderitanya ibuku..
Tok..tok..tok..! Ku ketuk pintu rumah itu..sambil ku ucapkan salam..tak lama kemudian pintu terbuka dan terlihat seorang kakek yang bertubuh renta karena di telan usia. Kakek..! Aku memanggilnya..ku jabat tangannya lalu ku cium tangan itu. "aku wawan kek.." itu adalah nama panggilanku dari kecil. Masya allah, mari wan masuk.kemana aja wan, sudah lama tak pulang, kakek kangen, kakek sekarang hanya sendiri..nenekmu telah pergi mendahului kakek. Kami bercerita panjang lebar, menceritakan kehidupan masing masing....
Bersambung....

2 comments:

  1. Kok ga ada hubungannya ama secangkir kopi ?...

    ReplyDelete
  2. Belum selesai mbak/mas. Lagi tekena flu jadi ga semangat

    ReplyDelete